Senin, 13 Mei 2013

Ketika

Ketika pertahanan hatimu hampir runtuh

Ketika energi dan kekuatan cinta mulai berkurang

Ketika hati yang selama ini berbunga kini mulai menampakkan sisi layunya

Ketika rasa percaya itu mulai memuai kadarnya

Ketika tidak menemukan alasan untuk bertahan

Ketika kehangatan itu sudah tidak memenuhi hati

Ketika rasa sakit lebih mendominasi dari rasa apapun

Ketika hati tidak bisa bekerja sama dengan pikiran

Ketika logika telah dilumpuhkan

Ketika tidak ada pilihan lain selain melepaskan

Ketika cinta sudah tidak bisa dirasakan oleh cinta yg kau berusaha pertahankan

Ketika mencintai ternyata didampingi oleh melepaskan

dan

Ketika kesetiaan seketika dihancurkan oleh ketidaksetiaan



Kau merasa rumit. Kau merasa hidup mu itu 1:1. Apa yang kau bangun selama ini ternyata tidak seusai dengan tenggang waktu yang kau sudah rencanakan. Saat dikhianati, saat tidak ada yang peduili, saat yang kau rasakan hanyalah keterpurukan atas kebodohan orang lain. Kau membiarkan suasana hatimu buruk. Namun, ada saatnya kau tertawa, kau tersenyum, kau berbahagia. Tapi, itu semua hanya manipulasi atas bencana yang sekarang sedang mengamuk dihatimu.

Hey... Kau memiliki dunia. Kau hidup di dunia dengan perbandingan 1:10000000000. Kau tidak hanya memiliki satu orang (bodoh) yang hanya menyusahkan hatimu. Ada yang menunggumu disana. Orang yang spesial. Tapi itu nanti. Tuhan belum merilis tanggal dimana dan kapan kau akan. Kau juga memiliki orang lain yang tau siapa dirimu. Keluargamu dan sahabatmu. Mereka tau apa kekuranganmu. Dan, apa itu menjadi  masalah untuk mereka? Tidak. Cinta mereka sempurna untuk mencintai ketidaksempurnaanmu. Dan itu akan berlangsung lama. Lama sekali. Jadi, bertahan untuk satu orang yang tidak mencintaimu secara sempurna itu hanya akan merugikanmu. Jangan sampai hal itu merenggut tawamu. Jangan sampai hal itu membuatmu menjadi bukan adanya dirimu. Namun, hatimu juga harus luas untuk menetralisir keadaan kembali. Dengan cara apa? Dengan cara memaafkan. Sulit? Ya, sangat sulit. Apa itu lebih sulit dari melepaskan? Aku rasa tidak. :)



Untuk mereka yang sedang berusaha mengembalikan keadaan hatinya menjadi utuh kembali.

Jumat, 10 Mei 2013

Aku, dan Langkahmu

Entahlah, kapan ini semua bermulai. Kenapa ini bisa bermulai.
Tau-tau kita bertemu, berbicara, berhadapan, saling mengenal dan mengerti.
Ketika memikirkan semuanya, mau tidak mau, aku kembali ke masa di mana kita mengetahui tapi tidak mengenali.
Aku tau itu kamu, tapi tidak tau kamu yang sebenarnya seperti apa. Mungkin begitupun sebaliknya.
Kita pernah melalui jalan yang sama. Jalan yang juga dilalui oleh orang-orang yang kita kenali.
Namun, kita hanya melalui tanpa peduli apakah itu kamu atau aku.

Lalu, kita menuju tempat yang sama. Bertemu orang yang kita kenali di sana.
Di sana, kita melakukan hal yang sama. Tapi kita tetap tidak saling peduli.
Aku melihat wajahmu. Mungkin kamu juga melihat wajahku.
Apakah kita peduli? Tidak. Kita tidak peduli.

Lalu suatu ketika, ada hal yang mulai menjadi permasalahan di pihak ku.
Satu rasa muncul. Rasa yang sebenarnya juga tidak aku inginkan.
Benci.
Benci melihat wajahmu, benci melihat tingkahmu.
Apa salahmu? Tidak ada.
Hanya aku. Hanya aku dan dengan semua kebodohanku yang telah mempersilahkan rasa itu masuk ke dalam hatiku. Dan tidak berdasarkan kesalahan apapun yang terjadi di pihakmu.
Tapi, aku masih bisa bernafas lega karena rasa itu yang ukurannya hanya sebesar kuku jari.
Kecil.
Itu berarti, bukan masalah yang besar bagiku.

Waktu berlalu, rasa pun berlalu.
Aku tidak memiliki alasan sedikit pun untuk memelihara rasa itu.
Rasa itu pudar dengan sendirinya. Terbawa alunan detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun.
Hidupku tetap menjadi hidupku. Begitupun hidupmu. Tetaplah menjadi hidupmu.

Sampai suatu ketika, pertemuan terjadi di antara kamu dan aku.
Kali ini berbeda dengan waktu sebelumnya.
Kali ini tidak ada rasa benci yang aku miliki, tidak juga rasa tidak membenci.
Bermulailah semua disini.

Tertarik. Yah, itu yang aku rasakan.
Tertarik berbicara denganmu, tertarik dengan setiap responmu. Hanya itu.
Kemudian kau mengambil satu langkah lebih maju, mengajakku untuk juga melangkah bersamamu.

Lalu, sampailah kita disini. Di keadaan dimana aku mensejajari langkahku dengan langkahmu.
Berjalan beriringan. Tidak berusaha untuk mundur.

Aku bertanya-tanya, atas dasar apa aku mau berjalan beriringan denganmu, berada di sampingmu saat ini. Melihat dimana aku pernah menyimpan rasa benci padamu, pada setiap caramu yang sebenarnya tidak menjadi masalah sama sekali bagi orang lain.
Benciku ada alasannya. Tetapi kenapa sukaku tidak memiliki alasan?
Aku bingung. Sekalipun aku bertanya berjuta-juta kali, aku tetap tidak bisa menemukan alasan kenapa aku bisa mau berada disampingmu.
Tapi aku ingin bertahan lebih lama. Mungkin sampai kekuatanku terkuras habis, baru aku mundur.

Hidupmu yang selalu mendapat perhatian dari banyak wanita.
Hidupmu yang sangat menyayangi wanitamu.

Yang aku takutkan adalah rasa benci sekian jam yang lalu itu muncul kembali.
Aku tidak mau. Karena aku sudah mengenalmu, mengertimu dengan semua ketidaksempurnaanku.
Aku minta bantuanmu untuk tidak mengembalikan rasa itu lagi...



rizcka